Sumatera Selatan merupakan wilayah yang banyak dialiri sungai-sungai.
Setidaknya ada sembilan sungai besar yang mengalir di propinsi ini,
sehingga gelar lain propinsi ini adalah Negeri Batanghari Sembilan.
Batanghari dalam bahasa melayu Palembang diartikan sebagai sungai besar.
Nah, ada banyak hikayat atau cerita yang berkembang di masyarakat yang
mengiringi keberadaan sungai-sungai tersebut. Seperti legenda cinta
Pulau Kemaro di sungai Musi. Cerita lain yang aku kenal di kampungku
adalah legenda Antu Ayek yang sering kudengar semasa kanak-kanak, entah
adakah kisah ini di daerah lain. Antu Ayek dalam bahasa Indonesia
berarti Hantu Air. Penasaran? Baca dong posting ini sampai selesai.
Konon kabarnya, dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga
sederhana bernama Juani. Juani merupakan gadis kampung yang elok
rupawan, berkulit kuning langsat dan rambut panjangnya yang hitam lebat.
Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di kalangan masyarakat.
Sehingga wajar kiranya jika banyak bujang yang berharap bisa duduk
bersanding dengannya. Namun apalah daya, Gadis Juani belum mau
menentukan pilihan hati kepada satu bujang pun di kampungnya. Hingga,
pada suatu masa, bapak Gadis Juani terpaksa menerima pinangan dari
Bujang Juandan, karena terjerat hutang dengan keluarga Bujang Juandan.
Bujang Juandan adalah pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang menjadi
masalah adalah Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak
sekadar kurang tampan, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di
sekujur tubuhnya, sehingga ia pun dikenal sebagai Bujang Kurap.
Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak
namun tak kuasa karena kasihan kepada bapaknya. Berhari-hari ia
menangisi nasibnya yang begitu malang. Namun apa hendak dikata, pesta
pernikahan pun sudah mulai dipersiapkan. Orang sekampung ikut sibuk
menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang Juandan. Akhirnya
malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang cantik dipakaikan aesan
penganten yang begitu anggun menunggu di kamar tidurnya sambil berurai
air mata.
Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan
Bujang Juandan, hati Gadis Juani semakin hancur. Di tengah kekalutan
pikiran, ia pun mengambil keputusan, dengan berurai air mata ia keluar
lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai. Akhirnya dengan berurai
air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai.
Kematiannya yang penuh derita menjadikannya arwah penunggu sungai yang
dikenal sebagai Antu Ayek yang sering mencari korban anak-anak.
Begitulah asal mula hikayat Antu Ayek di daerahku. Meski kisah ini
sangat “hidup” di tengah masyarakat, aku pribadi menilai kisah ini hanya
untuk menakuti anak-anak kecil yang belum pandai berenang agar tidak
sembarangan bermain sendiri di sungai. Karena tidak sedikit nyawa
anak-anak yang melayang akibat tenggelam di sungai. Lucunya, semasa
kecil aku sering diajarkan mantera pengusir Antu Ayek oleh orang-orang
tua bilamana akan ke kayek (pergi ke sungai). “Nyisih kau Gadis Juani,
Bujang Juandan nak ke kayek” (Menyingkirlah engkau gadis Juani, Bujang
Juandan hendak turun ke sungai), konon kalau kita baca syair itu Antu
Ayek akan menjauh karena enggan bertemu si Bujang Kurap.
bintang jatuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Laras Novitasari
- Mau kenal saya lebih dekat lagi Ni akun yang saya punya Fb Laras Novitasari Twitter @larasnovita25 IG @larasnovitasari Pin 75D01551
Tidak ada komentar:
Posting Komentar